About Cutting Sticker

BARU! STRIPPING (LIS) UNTUK BERBAGAI JENIS MOBIL

Untuk informasi lengkap mengenai keunggulan striping atau lis mobil yang kami jual silakan klik pada gambar di atas.

**************************************************

JANGAN BACA TULISAN DI BAWAH INI, JIKA ANDA BUKAN TERMASUK ORANG YANG BERANI MENANTANG HIDUP DENGAN SEMANGAT, KERJA KERAS DAN KEYAKINAN. BACALAH JIKA ANDA PUNYA NYALI UNTUK MEMPERBAIKI DIRI. SEMOGA MENGINSPIRASI DAN ANDA LEBIH SUKSES DARI SAYA… AMIIN.

Metro Sticker diawali dari bayi, merangkak di kakilima

Tahun 2000 saya ke Batam dan bekerja sebagai karyawan grup perusahaan koran yang diklaim terbesar di Indonesia dengan anak perusahaan tersebar di Indonesia. Terus terang saja saya merantau bukan untuk menjadi pedagang stiker. Jangankan berjualan atau menekuni bisnis ini, membayangkan saja tidak pernah. Bagi saya waktu itu, yang hebat ya pegawai kantoran atau karyawan perusahaan besar.

Tahun 2004 saya dipindahkan ke Tanjungpinang sebagai kepala Perwakilan dan Redaktur Pelaksana. Lumayan punya kantor dan wartawan serta sekretaris redaksi sendiri hehe. Namun suatu malam,  pada 2007, entah mengapa saya terusik setelah melihat sekumpulan para pedagang makanan bersepeda beristirahat sambil membicarakan dagangan mereka. Betapa senagnya mereka, jam kerja tak dibatasi, untung dan rugi bisa diantisipasi, bisa libur kapan saja jika dibutuhkan. Dan mereka adalah bos paling tidak bagi diri mereka sendiri.

Dari hasil googling di internet, saya terinspirasi berjualan sticker cutting yang sudah jadi. Biar saya jual saja kakilima. Pemikiran saya sangat sederhana, mungkin kalau motor dan mobil masih diproduksi sticker tetap berpelaung laku. Kedua, saya harus pandai pandai mengatur uang karena keluarga masih tinggal di Batam. Jadi harus menghidupi dua dapur.  Akhirnya saya membelanjakan modal saya yang hanya ratusan ribu. Begitu barang datang tak ada teman yang mau diajak menemani jualan. Pemikiran mereka seperti ini, kendaraan dari pabriknya sudah dilengkapi stiker, buat apa beli stiker lagi? Sempat bimbang akhirnya suatu malam saya nekat berjualan kakilima.

Izin pedagang warung tenda di sampingnya, mencari dua batang pohon untuk tiang pancang dan membeli tali plastik untuk tempat gantungan stiker. Sebelumnya, saya sudah membuat plastik sebagai kotak pajangan. Kalau diukur, panjang pajangan stikcer saya tak lebih dari lima meter, sementara tinggi plastiknya 1,5 meter. Untuk lampunya, minta izin nyambung ke pedagang lain bayar bulanan. Namanya juga baru memulai, harus pintar mana yang harus dibeli, mana yang berbagi, mana yang minta hahahaha.

Jika Anda melihat foto di bagian atas artikel ini, itu sticker kakilima saya setelah berumur hampir setahun, sudah agak lumayan koleksinya. Karena dari hasil penjualan memang saya sisihkan untuk menambah modal belanja. Apa yang saya pikirkan, yakni peluang laku stiker dengan banyaknya kendaraan rupanya terbukti. Dari malam pertama saja saya sudah bisa menghitung berapa penghasilan malam itu. tentu saja saya mencatatnya. Saya masukkan ke kaleng yang saya taruh di sudut kamar, sengaja tidak saya buka sampai sebulan penuh. Saat akhir bulan, hasilnya saya hitung, dan jumlahnya hampir tiga kali lipat dari gaji bulanan saya di perusahaan. Keluarkah saya dari tempat bekerja? Nggak. Jurnalis tetap saya lakoni, malamnya jualan sticker. Hingga dua tahun kemudian saya memberanikan diri mengangkat karyawan untuk berjualan stikcer cutting di kios kecil yang saya sewa Rp300.000 per bulan.  Meski demikian, jualan malam tetap saya jalani, bahkan dua teman saya akhirnya bergabung. (Sekarang mereka adalah bos CV Dua Sahabat di Jalan Bintan, dan pemilik Kunam Sticker di Anjung Cahaya, Tepi Laut).

Beginilah penampakan kios stiker pertama saya. Ala kadarnya. Oh iya, namanya Metro Sticker. Mengapa? Metro seolah penggambaran dari sebuah kota yang padat.

Dari kakilima akhirnya bisa menyewa kios mungil, bagi saya wajib disyukuri

Barang kecil tak selamanya hasilnya kecil. Yang pasti perjuangan saya di kakilima bukan hal yang mudah. Berbagai hal masih membekas di otak saya sampai sekarang. Diantaranya saat baru memajang sticker tiba tiba hujan turun, keesokan harinya saya keluarkan sticker stickernya dari kantong pajangan saya jemur. Pernah juga angin kencang sehingga sticker berhamburan. Alhamdulillah pedagang kanan kiri ikut membantu. Semalam hanya ada satu, bahkan tak ada pembeli, sudah biasa. Namun saya dan teman teman tidak menyerah. Kami belajar menjalani hidup di perantauan. Hidup di jalanan ternyata asyik, apalagi jika mau saling menghormati.

Karena belum memiliki mesin cutting, kalau ada pesanan saya buat menggunakan pisau cutter. Caranya, desain saya desain di komputer, saya cetak dengan kertas HVS biasa dengan printer rumahan. Jika ukurannya besar saya sambung. Lalu saya letakkan kertas yang sudah ada pola desainnya tadi di atas bahan sticker, lalu saya ikuti tepi pola. Kertas harus terpotong dan ujung cutter juga harus memotong lapisan bahan sticker. Kalau terlalu kuat menekannya, biasanya lapisan backing paper stickernya tembus,

Dua tempat jualan sticker, satu di kakilima dan satunya di kios akhirnya membuka mata saya bahwa sudah saatnya berpikir untuk tidak selalu bekerja sebagai karyawan. Setinggi apapun jabatan saya, tetap saja karyawan. Jam pekerjaan saya diatur, gaji saya diatur sesuai aturan. Konflik di tempat kerja, cuti yang susah sekali mendapatkannya. Tuntutan loyalitas yang tinggi sementara kewajiban perusahaan seringkali diingkari. Ugh.

Setahun kemudian, saya mendapatkan tawaran untuk menyewa tempat di Ruko Agencydi Jalan Bintan. Hanya seluas satu etalase dan satu kursi. Karena lokasinya lebih bagus, kios pertama saya di Depan RRI Tanjungpinang saya akhiri kontraknya. tetapi mengerjakan dua profesi bukan hal yang bagus. Karena saya masih tetap bekerja di koran, sementara di toko hanya ada karyawan, pesanan yang masuk kerap salah. Entah ukuran atau warna dan sebagainya. Pada tahap ini saya sudah membeli mesin cutting. Mesin cutting saya taruh di rumah, jadi sore hari saat pulang kerja karyawan menelepon saya soal pesanan yang masuk. Di rumah, malam harinya saya kerjakan pesanan.

Ketika desakan agar saya ada langsung di toko semakin kuat, muncul tekad untuk mandiri. Nah, Tuhan selalu memberikan sesuau atau cobaan untuk dihadapi. Tetapi percayalah, kita diuji masih dalam batas kekampuan kita. Ujian kali ini adalah, penyewa ruko sebenarnya, yakni pemilik Agency menyatakan diri bangkrutdan ruko ditawarkan ke saya untuk dilanjutkan. Jelas pusing. Biasa bayar per bulan untuk lahan seluas dua meter persegi kini harus membayar sebuah tempat seukuran ruko, di lokasi yang strategis pula. Saya mundur? Tidak, saya maju.

Saya lobi toke pemilik ruko agar diberi kelonggaran menyewa per bulan di tiga bulan pertama, lalu per tiga bulan di tiga bulan berikutnya sambil melihat perkembangannya. Satu hal yang banyak dipikir saya agak gila ialah…. resign dari dunia koran yang sudah 13 tahun digeluti. Pada akhir 2013 saya menyatakan diri mundur dari pekerjaan tetap saya. Dan saya memilih untuk…. menekuni usaha sticker.

Ingin tahu ruko pertama yang saya sewa di Jalan Bintan? Lihat saja foto berikut ini. Ada cerita menarik saat saya mengajukan diri menyawa tempat ini. Sama tokenya ditanya mau jualan apa, saya jawab sticker. Kemudian ia mengatakan, mahal sewa rukonya kalau hanya mengandalkan sticker. Saya kasih paham dia bahwa apapun bisa terjadi. Dan ternyata Tuhan tidak tidur,  uang sewa saya lancar hingga beberapa tahun lamanya saya mampu menjalankan kewajiban sebagai penyewa. Di bawah ini adalah suasana di Toko Jalan Bintan.

Jika Anda bertanya, darah wiraswasta saya turun dari mana mungkin bingung menjawabnya. Ayah dan ibu saya adalah guru SD di Desa Bermi, Kecamatan Gembong,  Kabupaten Pati.Darah mereka guru. Saya juga memilih untuk kuliah di jurusan Administrasi Negara, dan pada hari ini justru saya menikmati nikmatnya memiliki usaha sendiri. Kini saya benar benar belajar bagaimana mengelola sebuah komunitas yang isinya adalah karyawan, mesin produksi, ada pemasukan, ada pengeluaran, ada konsumen dan sebagainya.

Melanjutkan cerita tentang sticker, 2015 saya melepaskan ruko di Jalan Bintan. Saat ni ruko tersebut dijadikan Kantor CV Sahabat, pemiliknya adalah salah satu teman yng dulu turut berjung jualan ster kakilima. Pertimbangan saya, ruko ini tak memiliki halaman yang luas untuk proses wrapping. Ya, dari awalnya menjual sticker cutting, lalu menerima pesanan setelah memiliki mesin cutting, lama lama konsumen menginginkan saya menerima ngeblok motor (baca wrapping, dari kata wrap yang artinya membungkus). karena alasan tersebut saya membuka Bintan Wrapping di Komplek Pujasera Jebong, Jalan DI Panjaitan Nomor 1 depan (seberang) PLN Batu 9.  Inilah beberapa karya yang lahir di Bintan Wrapping.

Sementara Bintan Wrapping tumbuh, tempat lama saat pertama kali jualan stiker kakilima masih saya manfaatkan dengan membuka Pasar Sticker. Intinya sih jualan stiker kakilima, namun dengan nama yang agak nyeleneh berharap menarik minat calon pembeli. Dan berhasil. Berikut foto Pasar Sticker.

Bisa juga saya katakan bahwa Pasar Stiker adalah tempat saya memajang sticker cuttng produksi sendiri. Slogannya: jangan pulang dengan tangan hampa. Saya berani memberikan slogan seperti itu karena saya juga membawa serta mesin cuttng mini merek CraftROBO buatan pabrikan Graphtec Amerika.  Yang dipesan langsung dibuat dan langsung bayar. Kalau toh ada stiker yang dicari malam itu tidak ada, besok malamnya diusahakan sudah ada karena siangnya biasanya saya mengutamakan stiker yang dicari konsumen.

Ketika orang orang cendekia mengatakan, terjun dan basahlah sekalian, begitu juga yang saya lakukan. Saat Bintan Wrapping di Jebong, Pasar Stiker di depan RM Rina Rini tumbuh, saya membuka Bintan Wrpping #2 di Komplek SPBU Batu 16, Bintan.Fotony bisa Anda lihat di bawah ini.

Dua tahun belakangan, saya rombak Metro Sticker Grup. Semua saya tutup dan saya jadikan satu tempat di sebuah ruko dua lantai di Jalan DI Panjaitan No 52, depan (seberang) BRI Kantor Cabang Pembantu Batu X, Tanjungpinang, Kepri. Jika Anda bertanya mengapa disatukan? Jawaban saya ingin suasana yang beda saja. Dan beginilah Bintan Wrapping new management.

Satu hal yang membedakan saya dengan pelaku usaha sticker adalah keseriusan menggunakan teknologi. Ketika berjualan kakilima saya sudah memikirkan bagaimana agar jualan saya dikenal banyak orang. Bukan hanya warga Tanjungpinang atau Kepri melainkan seluruh dunia. Hingga lahirlah blogshop seperti yang Anda baca saat ini. Belakangan, banyak teman pelaku usaha sticker yang juga mencoba menggunakan sarana online, beberapa bahkan membeli domain, kebanyakan menggunakan hosting gratisan seperti saya ini. Sayang banyak yang tidak dirawat.

Ini adalah sitestats blog metrosticker.wordpress.com yang membantu saya bisnis stiker secara online.

Apa yang Anda lihat adalah statistik blog. Dari fasilitas ini kita bisa mengetahui halaman apa yang paling banyak diklik, berapa jumlah pengunjung blog kita per hari, mereka tahu blog kita dengan kata kunci apa dsb dsb. Yang ingin saya sampaikan di sini ialah, jangan malu mempromosikan usaha Anda meski hanya memanfaatkan web hosting gratisan. Kalau soal gengsi mungkin memiliki domain sendiri lebih wah atau terkesan mahal, tetapi bagi saya lebih penting otuput dari usaha yang kita promosikan. Untuk soal blog gratisan untuk usaha, sebelumnya saya juga membuktikannya saat membuka cat motor di Batam. Berkembang dan bagus, tetapi harus tutup karena saya harus pindah ke Tanjungpinang. (Buka likn ini: catmotorbatam) Di sini saya juga mohon maaf kepada semua pelanggan cat motor karena tak sempat memposting bahwa usaha tersebut sudah tutup bahkan saya lupa passwordnya.

Gambar di atas merupakan tampilan jumlah pengunjung Metro Sticker yang kami ambil kategori per hari (bisa dilihat per minggu atau bulan bahkan tahun). Alhamdulillah dengan nebeng di wordpress rata-rata pengunjung blog ini 150 orang per hari. Lumayan daripada harus promosi menggunakan mulut dari satu orang, paling juga satu daerah yang tahu dan bisa kita bakar semangatnya.

Anda memiliki pekerjaan lain sehingga tak bisa mengecek sehat atau tidaknya blog usaha Anda? Gunakan teknologi. Kami memilih wordpress karena oleh pembuatnya saat ini sudah diluncurkan WordPress for phone atau mobile, artinya Anda bisa download dan instal WordPress di ponsel Anda. Seting di dashboard terlebih dahulu, email apa yang akan Anda gunakan untuk menyinkronkan setiap perubahan dalam blog Anda dengan seting di ponsel Anda. Begitu ada yang meninggalkan komentar bisa Anda baca saat itu juga melalui ponsel, meski Anda sedang melamun di tepi jalan. Anda bisa menerima order meski di jalan. Selamat mencoba, semoga sukses.

Anda ingin berbagi dengan saya? Saya sekarang hanya memakai satu nomor +62812  9039  8495 untuk call or SMS sekaligus whatsapp. Atau ketuk pintu FB saya: Noerali Mahmudi.  Dan yakini Anda bisa lebih sukses dari saya…

Bisa juga disapa di SILAKAN KLIK